Kamis, 21 Februari 2013

lebih maju...

Sudah lama aku tak otak-atik blog ini. Blog yang mulai kutulis sejak aku kelas tiga KMI atau setara dengan kelas tiga SMP. apa yang dapat anak SMP tulis dan fikirkan. maka ketika aku membuka-buka kembali entri lamaku. Ah.... payah sekali aku ini. Untuk apa hal sepele dan tidak penting ini harus di-share kepada dunia? Namun setelah kufikir, aku tak akan menghapus atau memblokir blog ini. di setiap kata dan susunan kalimat yang ada di dalamnya tentu memiliki kenangan. Jahat sekali aku membunuh kenanganku sendiri. Biarlah.... untuk membereskan kembali arsip-arsip yang ada di blog ini pun sudah terlanjur basah, alias terlalu banyak sehingga aku sendiri bingung bagaimana aku akan membereskannya. tetaplah sepeeti ini saja. Entah kapan aku sentuh lagi, yang jelas aku tak menyesal. Meski pula aku juga memilki blog lain yang lebih serius dan umum, apa salahnya kita berbagi perasaan? Saat manusia hidup tak lagi dapat dipercaya, percayalah pada maya. Karena ia sendiri memangb dikhususkan untuk tidak dipercayai. boleh jadin ini untuk diri sendiri.

Kamis, 10 Januari 2013

Aku Memikirkan Tuhan

Dulu sekali waktu masih kecil, aku memikirkan bagaimana kondisi langit. Saat 'para' Tuhan sedang berdiskusi mengenai umatnya. Tuhan allah, Yesus, Budha, Dewi Kwam in, dan beberapa Tuhan lain yang kuketahui. Bagaimana bisa mereka semua mengendalikan semua sistem alam dengan jumlah yang lebih dari satu? Akhirnya aku tumbuh besar dan mengerti, bahwa Tuhan itu hanya satu. Yang kupercayai hingga saat ini. Allah subhanahu wata'ala. itu semua aku fikirkan karena banyak sekali agama yang ada. bila saja aku tak terlahirkan sebagai Muslim, apakah aku akan tetap memilih Islam sebagai jalanku? jawabanku tetap, YA. sekarang sedang banyak isu-isu pluralisme yang mengatakan bahwa sejatinya semua agama itu mengaju pada tujuan yang sama. yang berarti semua agama itu dapat hidup berdampingan dan memilki kesamaan. meski yang berkata seperti ini adalah seorang doktor pun aku akan tetap menyangkalnya. mengapa?

Kamis, 29 November 2012

no loser!

Aku MUAK!!!!!!!!!!!! tapi tetap tidak akan kalah dengan keadaan. aku berfikir, maka aku ada. maka, haruslah tetap bergerak!!!

Kamis, 22 November 2012

Buka Dulu Bungkusnya!

Seperti memakan hamburger. Tak kan pernah tahu apa rasanya jika belum membuka isinya lalu dimakan. Bagaimana rasa daging yang berlumur mayonise beserta campuran lainnya. Komentar boleh ada jika telah mencobanya. Sama seperti pengabdian kali ini. Mungkin saja dulu saat aku masih menjadi santri, tak terhitung bagaimana konsep kehidupan menjadi seorang guru, mahasiswa, juga pembimbing dalam segala aspek dapat terjalani dalam sekali waktu dan di dalam satu jasad. Entah mengkritik ataupun memuji. Sepertinya berat, terlihat susah, terkadang asal-asalan, hingga aku tak pernah bisa membayangkan bagaimana aku jika menjadi mereka kelak. Dengan diriku yang notabene sangat cuek dengan keadaan sekitar juga ME myself. Suadh berlalu sekitar tiga bulan, ternyata begini ya. Aku sudah merasa memiliki dosa besar dengan kritikanku dulu. Sulit sekali ternyata menjadi seorang mahasiswi istimewa. Pagi mengajar, sore kuliah, belum lagi jika harus menjadi pembimbing di kamar ataupun konsulat. Bukan hanya itu, kita semua juga memiliki kewajiban di sektor masing-masing. Bila waktu ujian dating ataupun tugas dari dosen yang tak pernah berhenti mengalir, kami selalu mencuri-curi waktu senggang di tengah kesibukan dan tanggung jawab tersebut. Bila orang waras mengkalkulasikan segala kegiatan kami itu, rasanya tak mungkin dalam diri anak yang baru saja remaja dibebankan tanggung jawab seperti ini. Buktinya? Tiga bulan ini aku masih hidup, dan bahkan senior-seniorku yang telah lulus sampai sarjana pun masih bisa menghirup oksigen yang sama dengan lingkungan yang berbeda. Sengaja aku menulis ini, bukan karena maksud apapun. Hanya ingin mengingatkan diri, bahwa jangan menilai sesuatu dari tampak luarnya saja. Bila belum merasakan, menggigit, dan mencoba, pendapat terserah anda

Minggu, 18 November 2012

Dikotomi Mimpi

Bersekolah, bahkan besar hingga menjadi dewasa dalam naungan pendidikan ala pondok bukanlah sebuah beban ataupun paksaan. Murni dalam hati dan memang ingin menempa diri. Bukan perkara mudah bila apa yang dirasa kini berbanding terbalik pada mimpi yang kita punya juga kenyataan. Entah hanya perasaan ataupun tidak, dikotomi pendidikan masih juga berlangsung. Antara pendidikan ala pesantren juga pendidikan ala pemerintah. Sempat takut juga ragu untuk tetap meneruskan mimpi ini, karena ini termasuk pilihan yang sulit. Bak makan buah simalakama. Bila tetap dengan apa yang dirasa kini, aku mudah saja untuk tetap tinggal dan terjaga, tapi hidup butuh tantangan, bung! Meski tak menutup kemungkinan bahwa tetap di sini bukan berarti tak ada tantangan. Dalam hatiku kini hanya tertambat satu hal. Berani untuk memilih dengan segala resiko yang akan datang nantinya. Entah harus berkorban umur yang diburu oleh deadline, materi yang tak sedikit, juga kekuatan untuk sosialisasi pada hal yang menurutku lebih baru lagi. Bismillah..... anak dengan basic agama pun tetap dapat meraih mimpinya, meski wanita.

Selasa, 21 Agustus 2012

jurnalis

Bukan menjadi sebuah rahasia besar bahwa aku sangat memimpikan untuk menjadi seorang jurnalis. Mengapa? alasan utamanya adalah kaena aku sangat tergila-gila dengan menulis. Ketika aku melihat siaran televisi tentang berita mudik, yang terlintas pertama kali adalah sosokku yang sedang meliput berita seputar lebaran hingga tak sempat berlebaran bersama keluarga. Lucu memang. Kini aku sedang dan masih akan tetap bermimpi menjadi jurnalis, tapi suatu saat aku akan menulis entri dan dengan bangga akan kukatakan, "Hai, I'm a journalist."

being adult...

Usia bukan berarti menjadi faktor tunggal kedewasaan. justru dewasa adalah tentang bersikap, bukan umur yang bertambah ataupun faktor fisik. Sekarang pun masih ada orang dewasa yang bersikap kekanak-kanakan. Salah satunya mungkin aku. Saat kelas empat sangat ribut tentang pencarian jati diri hingga mencatat makna 'dewasa' dari tiap orang dewasa yang kutanyakan. Setelah itu, apakah aku sudah menjadi dewasa? Jawabannya adalah belum. Karena aku terkadang masih saja mengedepankan egoku sendiri di atas kepentingan orang lain bahkan pribadiku yang lebih penting.