(ini setengah tahun yang lalu. ketinggalan belum diposting. untung gue simpen)
Wah, nggak kerasa ternyata ini adalah malam terakhir di rumah. Nggak kayak biasanya, dee sama sekali belum ada persiapan batin. Jujur, kalau dibayangkan jadi kelas lima itu susah. Pelajaran bejibun, jadi mudabiroh yang memang dan harus ngurus rayon beserta manusia-manusia yang tinggal di dalamnya, mudaribat yang ikut bantu ngurus gudep bahkan walau kamu nggak suka. Dibilang terpaksa kayaknya nggak juga. Untuk itu semua kan kita ingin menjadi kelas lima. Kalu kelas lima nggak ada begituan kan aneh. Menurut Dee itu adalah sebuah tuntutan dan tuntunan bagi kita untuk bisa lebih matang menghadapi segala problema yang ada dalam kehidupan. Lebay amat….
Bagi Dee kelas lima itu adalah sebuah contoh, public figure, panutan dimana semua orang akan melihat apa yang kita lakukan, mendengar apa yang kita katakan, serta mencerna segala hal yang ada dalam diri kita. Bukannya dibilang sok muhtam. Tapi yang namanya jadi kelas lima emang muhtam dimana-mana. Dari merekalah adik kelas mencerna dan kadang sering membandingkan apa yang kelas lima lakukan. Juga menjadi panutan yang harus dan pasti menjadi contoh.
Selama jadi a’do’, dee sendiri sering komentarin mudabiroh tiap tahunnya. Membandingkan dan mencontoh apa yang mereka lakukan. Dari hal yang penting sampai batah jidan. Apa Dee akan kemakan omongan sendiri saat Dee mengomentari mudabiroh??? Euph, iwanna run away!!!
Sejujur-jujurnya diri ini belum siap. Tapi kita nggak akan pernah tau kan seberapa besar pencapaian kita sebelum kita mencoba. Siap gak siap, harus siap!!!!!!!! Aja aja, fighting!!
I wish….. semoga kelas lima dua ribu sebelas bisa mengembalikan citranya yang pernah jelek semasa jadi a’do’, bisa jadi sebuah contoh serta panutan yang baik untuk semua, bagaimanapun usahanya adalah berharap segala hal menjadi yang terbaik. Amin..