Sabtu, 14 Agustus 2010

bahasa part two

Masih nyambung sama posting Dee yang sebelumnya. Dee pernah merasakan yang namanya miscommunication gara-gara bahasa.
Waktu Dee liburan ke jogja, pas simbah masih ada, beliau tanya ke Dee mau makan apa. Ya Dee jawab aja, “Apa aja, mbah. Asal jangan terong.” Semua berjalan seperti biasa sampai makan siang. Oh God, ternyata simbahku ini masak terong. Dee masih bingung kok budhe-bulek ku ketawa. Ini nggak bakal pernah basi kalau diobrolin di keluarga. Ternyata jangan itu artinya sayur. Ya mana gue tahu. Jadinya simbah masakin sayur terong deh. Ngakak semua.
Kiranan. Ini juga. Artinya nggak tahu. Ya mana gue tahu kalau artinya ternyata nggak tahu. Duh, smsan jadi goma gitu. lagian orang yang dee tanya jawabnya gini. Kiranan is I don’t know. Muter-muter jadinya.
Nggak ada untung banyak tinggal pindah-pindah. Muter-muter keliling hampir Indonesia tapi payah banget urusan bahasa daerah. Makanya pas SD Dee ngarepin banget pindah ke Jakarta. Soalnya Cuma di sana yang nggak ada pelajaran bahasa daerahnya. Dee langsung angkat tangan kalau ada yang ngomong bahasa daerah. Nggak ngerti. Kadang ngerti sih. Tapi dikit. Banget.