Selasa, 10 Agustus 2010

romael's as robie samalia

Ini mungkin jadi pengakuan dosa. Atau bisa dibilang Je me souviens.. aku mengenang…
Dari dulu Dee sudah punya harapan kalau sanah robi’ah ditaruh di maskan sighor. Biar bisa ngerasain yang namanya robitoh qowiyah. Bukan sekedar ukhuwah. Yap, and I stayed at Somal.
Awal tahun ajaran adalah saat emas untuk mulai mengenal satu sama lain. tapi awal dari awal tahun I none at branch. Dee jadi jarang ‘hidup’ di maskan gara-gara edelweiss dan panitia PKA. Edelweiss yang harus latihan tiap pagi, sore, malam dan maskan hanya menjadi tempat tidur. lalu karantina seminggu dan dilanjutkan LPG/TPi yang menjadikan Dee nggak pernah ada di maskan. Panitia PKA apalagi. Maskan hanya menjadi tempat ambil baju. Makan di qo’ah. Kerja di qo’ah. Sholat di qo’ah. Tidur di qo’ah. Mandi… ya di kamar mandi.
Otomatis Dee kehilangan saat-saat untuk bisa mengenal ketiga belas sanah robi’ah yang ada di maskan. Yang haqiqi atau pun nggak. Kalau diibaratkan marathon. Dee baru lari beberapa meter dan yang lain sudah berlari jauh bersama berkilo-kilo. Dee merasa jauh. Apalagi Dee sering sakit. Percaya deh, orang sakit di pondok itu ngerepotin. Yang tasrihnyalah, ambil makannyalah, anterin ke hamalah. Makanya, Dee nggak enak. Dee nggak suka ngerepotin orang. Dee sendiri di maskan. Minta tasrih bareng Shoffa di Idola. Ke hamam Dee selalu bangun dan jalan sendiri. Dee nggak pernah minta dianterin. Bisa jalan kok.
Waktu masuk BKSM untuk kedua kalinya, yang Dee harap untuk jenguk adalah anak maskan. Tapi, itu hanya harapan. Dee malah dijengukin sama Zorro, Yana, kak Septi. Duh, jadi tersanjung gini. Dee pikir, emang sanah robi’ah itu masa sibuk. Sampai nggak ada yang jengukin temannya sakit. I feel nothing. Seakan Dee nggak ada. Emang bt tinggal di BKSM. Makanya biarpun sakit Dee nggak pernah ke BKSM kecuali curhat sama mbak-mbak BKSM tentang dokter yang ada di Sragen.
Dee kadang curhat sama anak kelas. Mereka banyak yang prihatin. Karena biasanya sanah robi’ah di maskan sighor itu adalah keluarga. Nggak bakal mungkin pecah. Sulit juga untuk dekat dengan mereka semua. Terlalu beda sifatnya. Dee malah berharap pindah ke Ninxia yang masih kosong.
Setelah dipikir lagi, ini adalah salah Dee. Dee yang belum bisa mendekati mereka di awal secara bersama. Dee yang nggak berusaha mendekati mereka sendiri. Ini nih dampak sering deket sama orang. Jadi sulit deket sama yang lain.
Dee nggak mau sanah robi’ah yang katanya adalah tahun emas Dee rasain serasa main film horror. I’ve tried. Ternyata waktu jugalah yang berbicara. Setelah dilalui, maskan layaknya surga. Sanah robi’ah Somal malah terkenal nggak pernah punya musykilah. Setelah Dee pikir, malah sanah robi’ah Somal nggak ada yang pernah pakai khimar pelanggaran. Dengan tambahan, untuk tahun ini.
Kalau lagi imtihan, kita semua paling senang belajar di maskan. Kalau nggak haula situ deh. Kalau nggak depan maskan, bustan, kolam, janib maskan, atau di pinggiran bustan. Ada juga yang belajar di qo’ah. Tapi kalau udah lewat waktu muwajah, pasti balik ke maskan. I stayed in front of branch. Terkenal sama sebagian ustadzah KMI sebagai ahlu maskan. Belajarnya depan maskan mlulu.
Yeah, merekalah keluarga Dee. Banyak banget hal yang kita kami lalui hingga jadi satu kenangan manis. Untuk mengingat segala kenangan manis itu, kita, eh kami semua bikin agenda!!! I’ll wait for it.