Sabtu, 14 Agustus 2010

kelemahan

Semua orang nggak sempurna. Apalagi Dee. Dee punya satu kelemahan khusus. Jangan paksa Dee untuk melakukannya. Sederhana sih buat tiap cewek. Masak.
Nggak ada alasan khusus kenapa masak menjadi satu kelemahan. Mungkin bisa dibilang, sulit untuk bisa. Ayah selalu bilang. Asa karena terbiasa. Gimana mau bisa kalau nggak terbiasa. Duh, ayah…
Parah banget deh. Mending Dee pegang kuas daripada pegang alat masak. Bahaya. Keselamatan terancam. Mama juga suka geleng-geleng kalau Dee bantuin mama masak. Nggak ada yang benernya. Mending Dee disuruh ngapain deh daripada disuruh masak.
Kalau ujian, pelajaran yang paling Dee takutin itu Nisaiyah. Bukan berarti Dee itu cewek yang nggak ada unsur nisaiyah-nisaiyahnya batah, ya. Sebagai cewek otomatis kita punya rasa nisaiyah biarpun dikit. Dan selalu. Dari Dee kelas satu sampai sekarang ada satu pertanyaan yang nggak berubah. Pasti di pertanyaan paling akhir ada soal yang mengharuskan kita untuk menulis satu resep masakan. Sumpah, Dee kalau jawab ngaco. Ke dapur aja jarang-jarang. Kalau liat teman Dee jawab soal nisaiyah tuh enaaak banget. Ada yang tambah lembar jawaban lagi. Dee sih boro-boro. Penuh aja nggak.
Sesulit-sulitnya matematika atau fisika sebagai pelajaran yang paling Dee nggak suka pun pasti ada jalan keluarnya. Meski Dee harus kalang kabut kalau udah diliatin sama yang namanya angka. Tapi masih mending daripada nisaiyah. Sebelum ujian nisaiyah Dee pasti nervous duluan. Lebih tegang daripada ujian lisan. Lebay? Nggak juga. It’s a fact. Nggak pernah nilai nisaiyah tuh dapat nilai di atas tujuh. Item juga sukur.
Yang paling Dee sebelin lagi kalau pengawas ujian pas ujian nisaiyah. Nggak ada kerjaan atau emang penasaran. Tiap kali ujian nisaiyah pasti diliatin lembar jawabannya. Yang jelas resep makanannya yang diliat. Mau masak apa sih ni anak? Selalu Dee umpetin. Kemarin aja ujian nisaiyah sampai Dee dudukin lembar jawabannya. Untung nggak tembus. Dee kan lagi ‘dapet’ pas ujian.
Whatever… is there some way to me for this trouble?